Fafavoice, catatan Fafa

Resiko Kuliah Di Luar Negeri #1 Seri Akademik


Resiko Kuliah di Luar Negeri


Rumput tetangga jauh lebih hijau mungkin sebuah kesan yang tepat menggambarkan status media sosial dan foto jalan-jalan mahasiswa yang kuliah ke luar negeri. Vois pun ingin merasakan hal yang sama, wah, sepertinya keren dan asyik sekali menimba ilmu di luar negeri. Tunggu dulu, tidak semua hal tentang kuliah ke luar negeri itu indah. Vois harus tahu resiko kuliah di luar negeri yang akan kita bahas di paragraf berikutnya.

Jalan-jalan keliling dunia, wisata pemandangan alam yang sangat jauh berbeda dengan Indonesia, mengunjungi situs warisan terkenal dunia dengan pemandangan kastil kuno khas Eropa atau pergantian musim salju, musim gugur dengan daun-daun berwarna oren, dan musin semi dengan bunga bermekaran, terlihat sangat menarik sekali.

Yakin deh percaya padaku, tidak semua yang terlihat di luar negeri itu adalah hal-hal yang indah. Tidak semua tentang haha-hihi dan jalan-jalan. Ada banyak hal yang mahasiswa sembunyikan dari mata publik. Yaa masa iyaa, pas lagi nangis ngerjain essay dan project, kesepian karena jauh dari keluarga dan rindu orang tua diposting di media sosial. Yang ada nanti malah dihujat netizen yang budiman karena kurang bersyukur dan cengeng wkwk.

resiko-kuliah-di luar-negeri-1
New College Edinburgh


Resiko Kuliah di Luar Negeri

Sebenarnya banyak hal yang menyenangkan kuliah ke luar negeri pertukaran wawasan dan sistem belajar yang lebih baik. Kemajuan dan fasilitas negara adikuasa akan dapat vois rasakan. Vois pun menjadi tersadar bahwa Indonesia masih butuh banyak berbenah. Selain semua sisi positif itu, ternyata ada banyak resiko kuliah di luar negeri yang harus vois persiapkan sebelum memantapkan hati. Inilah resiko kuliah di luar negeri versi fafa:

Sistem belajar

Sistem belajar di luar negeri cenderung berbeda dari sistem belajar di Indonesia. Disclaimer dulu ya, karena fafa sekarang sedang belajar di Inggris, jadi yang bisa fafa lakukan adalah membandingkan antara sistem kuliah di Inggris dan Indonesia. Apa saja perbedaanya?

Kehadiran tidak dihitung 

Berbeda dengan sistem belajar di Indonesia dimana kehadiran merupakan salah satu faktor penentu mendapatkan nilai di kelas. Kehadiran di kebanyakan kampus di luar negeri tidak dihitung sama sekali, atau mungkin dihitung hanya 10% artinya jika tidak masuk sama sekali, namun nilai essaynya bagus sudah dipastikan akan lulus. Tapi kan yaa sayang sekali jika menyia-nyiakan kesempatan yang ada karena sudah kuliah jauh2 dan dipandu dengan seorang pemateri yang profesional di bidangnya. Tetep saja jika vois merasa burn out, enggak masuk pun tidak berpengaruh, tapi alangkah baiknya menggunakan kesempatan yang ada di depan mata.

Tugas midterm and finalterm

Umumnya tugas kuliah di Inggris ini berupa essay. Panjang essay bisa bervariasi tergantung jurusan masing- masing antara 2000-4000 kata,  kadang juga bisa berupa literature review, project, proposal penelitian atau presentasi. Sebenarnya jika dibandingkan dengan jajaran utama beberapa kampus Indonesia, ada yang berpendapat justru lebih mudah sistem belajar di luar negeri. Tapi semua tetep bergantung dengan peringkat kampus, semisal kampus dengan peringkat top 50 QS. World tentu akan lebih displin, idealist dan perfectionist dalam menilai tugas dibanding dengan kampus top 200 QS world.

Diskusi Kelas

Umumnya sistem perkuliahan di Indonesia menggunakan sistem teacher center atau bank center dimana guru akan menjelaskan tentang suatu materi tertentu dan murid menyimak penjelasan guru, murid pun bisa bertanya di sesi akhir. Aku pun terbiasa dengan sistem seperti itu, cukup hadir di kelas tanpa mereview materi terlebih dahulu pun enggak masalah. 

Sistem kuliah di LN mengharuskan pelajar membaca materi terlebih dahulu. Tidak hanya membaca tapi mereview, membuat pertanyaan dan aktif berpartisipasi dalam kelas. Jadi dosen hanya akan menjelaskan sekitar 30 menit, selebihnya waktu akan digunakan untuk berdiskusi dan saling melengkapi tanggapan atau pendapat.(sistem setiap kelas dan jurusan bisa saja sangat berbeda)

Jurnal Bahasa Inggris yang wajib dibaca pun tidak hanya satu, minimal ada 3 essential (kewajiban) dan belasan recommendation reading. Jika belum terbiasa membaca jurnal, menyelesaikan satu artikel akan terasa sangat berat, terlebih di awal perkuliahan. Namun jika tidak membaca sama sekali atau hanya membaca sedikit saja, akan membuat kita tidak menangkap materi yang diberikan dengan baik. So setidaknya vois harus membaca dan paham 2 jurnal setiap akan masuk kelas.

Menyelesaikan tugas pun tidak kalah penting, dari sepuluh sumber bacaan yang dianjurkan, harus benar-benar paham, menggunakan teori, argumen dan evidence yang kuat. Mengikuti sistem perkuliahan, masuk kelas dan mengerjakan tugas  bukanlah perkara yang mudah juga, namun bukan artinya tidak mungkin. 
Seperti yang Pak Desra pernah katakan, “Segala hal yang tidak membunuhhmu akan membuatmu kuat.”
Mengerjakan semua essay akan sangat melelahkan dengan uraian air mata, 
Aku sendiri yang memiliki language barrier, karena Bahasa Inggris bukanlah bahasa Ibu, gap year perkuliahan, dan pengalaman yang minim di dunia akademisi. Kuliah di luar negeri ini cukup menantang, menguras tenaga dan pikiran. Namun kembali lagi ada beberapa mahasiswa yang pintar, mampu mengatur waktu dan mendapatkan nilai yang memuaskan. 

Resiko Kuliah di Luar Negeri

Sistem Nilai

Sistem nilai di setiap universitas, negara dan jurusan bisa jadi akan sangat berbeda. Di UK, sistem nilai yang digunakan rentang 0-100 poin. Umumnya nilai yang didapat mahasiswa adalah 60-70. Ketika pertama kali mendapatkan nilai 60, mungkin vois akan sangat terpukul, Hah, 60 nilai apa itu? Menurut standar niai Indonesia, 60 adalah nilai yang sangat jelek sekali hahaha. Sepertinya Indonesia mengikuti sistem nilai US, jadinya 60 memang kurang bagus. Namun sistem UK 60-69 terkategorikan sebagai nilai B, 70 ke atas mendapatkan nilai A. Bahkan niai 50 sebeneranya tidak terlalu buruk, namun perlu perbaikan lagi.

resiko kuliah di luar negeri



Intinya nilai-nilai itu untuk menumbuhkan rasa semangat dan berbenah diri, bahwa kamu masih bisa lebih baik lagi. Meskipun nyatanya karena awal-awal kurang research, jadi nilai 60 ataua 50 menjadi pukulan telak dan merasa sangat bodoh sekali hahaha. Semakin ke sini, semakin memahami yang terpenting dalam belajar ke luar negeri bukan hanya sebatas nilai, namun terus bertumbuh, berkembang dan memanfaatkan setiap fasilitas dengan baik. 

Untuk menghidari resiko kuliah di luar negeri yang berkaitan dengan akademik kampus, vois bisa memulai persiapan di Indonesia. Sebelum kuliah keluar negeri alangkah baiknya vois mempelajari bahasa Inggris dengan sebaik mungkin, membaca artikel yang berkaitan  dengan bidang yang dipelajari dan aktif berdiskusi membahas artikel tersebut dengan teman sebidangnya. Seri 1 tentang akademik ya, nantikan seri 2 Resiko Kuliah di Luar Negeri berikutnya.


15 comments

Terima kasih sudah membaca ^^
  1. Saya setuju kuliah di LN lebih nyaman. Dulu di Turki juga kehadiran tidak dihitung nilai. Jadi kita bisa mengikuti kegiatan atau lecture lain yang dirasa lebih bermanfaat. Sistem nilainya juga lebih santai. Saya pernah mendapatkan nilai D dan tidak mendapatkan judgement yang buruk dari dosen. Justru dosen menyemangati sampai bisa mendapatkan nilai A dengan mengulangi lagi mata kuliah yang sama di semester depannya. Mereka lebih memahami mahasiswa-mahasiswa yang butuh adjustment sana-sini. :)

    ReplyDelete
  2. Asik ya bisa kuliah di LN, saya masih menimbang2 kalau kuliah di LN...faktor resiko nya yang belum siap dengan perbedaan dengan sistem pendidikan di Indonesia

    ReplyDelete
  3. Ditunggu sharing selanjutnya. Sukses terus untuk kak Fafa. Semoga tercapai cita citanya.

    ReplyDelete
  4. Wah sistem nilainya sampai H ya? orang-orang marginal asal ga E aja udah syukur haha, eh itu gambaran di cerita Andrea Hirata tentang mahasiswa-mahasiswa yang disebut marginal saat kuliah di Sorbonne di novel Sang Pemimpi. Intinya harus memegang tanggung jawab ya mbak saat menempuh pendidikan di luar negri. Plus selalu minta pertolongan Allah saat kesulitan aja, insyaAllah mbak Fava bisa hingga tuntas studinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh baru keinget itu di novel Edensor hehe maaf. Asal nilai C, yang penting lolos

      Delete
  5. Kehadiran memang tidak diperhitungkan, tetapi penilaiannya berdasarkan essay. Essay-nya juga nggak bisa sembarangan. Kayaknya ini lebih menantang dari kehadiran, ya. He-he. Udah tau gini, tetap aja tertarik dengan hal-hal yang berbau kuliah di luar negeri.

    ReplyDelete
  6. Sesuatu yang terlihat indah belum tentu benar-benar indah ya ada kelebihan dan kekurangannya. Di sana kehadiran tidak dihitung tapi semangat belajar mereka tinggi kayanya ya, jadi merasa rugi kalau nggak kuliah. Lain dengan di sini yang penting kuliah aaj dulu, yang penting lulus, hehe. Tugas di sana juga lebih berat ya. Semangat yaa mbaaaa.

    ReplyDelete
  7. Jadi ingat perjuangan berangkat ke Edinburg, harus selesaikan DL tugas akhir di Blogspedia, padahal di waktu yang sama harus terbang ke sono. Alhamdulillah perjuangannya berbuah ya

    ReplyDelete
  8. Waahh menarik niih, masing2 negara punya sudut pandang masing2 yaa terkait pembelajaran yang dianutnyaa.
    Ehh btw aku baru tau kalau kak Fafa lagi kuliah di LN.. Yaampun aku kemana saja selama ini wkwkwkwk

    ReplyDelete
  9. Waaah jadi punya pengetahuan tentang kuliah diluar negri... Hebat sekali mbak Fafa... Sehat2 selalu ya

    ReplyDelete
  10. Sistem nilainya sampai H omg. Sistem penilaiannya beda banget ya mbak. Tentu menjadi tantangan tersendiri terutama masalah komunikasi. Apalagi bahasa inggrisnya juga beda ya sama yang dipelajari di sekolah. Well, tetap semangat ya mbak, aku menanti cerita berikutnya lho. UK adalah salah satu negera impian ku untuk belajar.

    ReplyDelete
  11. Banyak sekali tantangannya kuliah di luar negeri selain metode pelajaran dan penilaian ya. Beda negara, beda sistem juga, tapi ya mau ga mau harus dijalankan, reviewnya bagus nih, ada gambaran nyata bahwa ada ebberapa hal yang perlu disiapkan saat memilih kulish ke luar negeri

    ReplyDelete
  12. wah aku yang memimpikan kuliah di LN jadi terbuka nih, memang literasi lebih utama ya di sana

    ReplyDelete