Fafavoice, catatan Fafa

Resiko Kuliah di Luar Negeri #3 Seri Hidup Sebagai Minoritas

Resiko Kuliah di Luar Negeri


Seri 3 kali ini fafavoice akan membahas resiko kuliah di Luar Negeri Seri hidup sebagai minoritas. Di balik foto jalan-jalan mahasiswa di luar negeri ada beberapa problem yang mungkin tidak akan telalu di bahas di publik. Hidup sebagai minoritas di sini adalah kesusahan/problem yang umum dirasakan mahasiswa luar negeri.  

Hidup sebagai minoritas muslim Asia tidaklah mudah, banyak tantangan yang harus vois hadapi hidup di tengah masyarakat mayoritas yang berbeda. Meskipun tidak ada konflik dengan warga lokal, namun vois harus berusaha ekstra untuk memenuhi kebutuhan harian vois. 

Sekali lagi disclaimer dulu ya, karena fafa sedang kuliah di Scotland, tepatnya kota Edinburgh, tulisan berikut adalah hasil dari pengamatan fafa selama kurang lebih tinggal tiga bulan di Edinburgh. Jadi jika vois akan pergi ke negara lain mungkin akan memiliki pengalaman yang sangat berbeda dengan apa yang ada di tulisan ini. Berikut Resiko Kuliah di Luar negeri seri hidup sebagai minoritas.

Resiko Kuliah di Luar Negeri

Cita Rasa Makanan

Bakso, mie ayam, nasi padang, seblak, mie gacoan, soto dan rawon adalah deretan makanan papan atas di Indonesia. Cita rasa dari gurihnya micin dan renyahnya gorengan seolah tidak ada tandingannya. Sebagai vodies yang doyan maem, rasanya cukup berat membiasakan hidup tanpa masakan Indonesia. Ya meski masakan sendiri juga sama enaknya, tentu akan berbeda dengan rasa bakso langganan di Indonesia. Kini semua itu berganti dengan makanan yang serba kentang, roti dan daging, terlihat menggugah selera di mata tapi mulut serasa meronta.
Harganya di atas rata2 masakan indonesia, rasanya justru turun drastis.

Mencari Cita Rasa Micin Indonesia

Rasanya seperti ada sesuatu yang hilang, begitulah sekiranya ketika sudah dua bulan di sini, ada rasa yang kurindukan begitulah kira-kira. Meski tidak ada restauran Indonesia di Edinburgh untuk mengobati rasa rindu kampung halaman, cukup terobati dengan sistem P.O masakan warga Indonesia di Edinburgh.

Vois akan lebih mudah menemukan masakan Indo jika tinggal di London atau Belanda. Rata-rata restauran halal di Edinburgh adalah kebab, masakan india, timur tengah dan Thailand. Untuk restaurant Thailand vois harus pintar memilah dan memilih karena tidak semuanya menggunakan daging halal. 

Pilihan restauran halal yang paling aman adalah Mosque Kitchen, Jollie bee, Nanyang, Doner Kebab, Chopstick, Mr. Basrai dll. Jika kalian muslim, selalu check kehalalal dagingnya ya. Jika kalian pemakan segalanya. Edinburgh ini cukup ramai dan banyak restauran okenya.

Mencari Daging Halal

Mencari daging halal sebenarnya tidak terlalu susah, karena persebaran muslim di Eropa dan UK ini cukup cepat, banyak buchler daging halal di sekitaran kota Edinburgh. Di dekat kampus aja, banyak pilihan seperti Rahman, Abdul Halal Medina, dan Maqbul. Untuk harga juga relatif sama. Malah terkadang murah harga daging ayam dari pada beli labu siam.

Yang menjadi tantangan adalah ketika pergi ke lidl, toko china, tesco dan Asda. Tempat dimana aku membeli groceries/buah dan sayur, tentu toko tersebut menyediakan berbagai macam olahan makanan siap saji, cukup dipanaskan langsung bisa dimakan dengan berbagai cita rasa international yang menggugah selera. Tentunya kebanyakan daging yang ada di etalase tidak halal, jadi ya gigit jari :( 

Tidak ada suara azan dan terbatasnya tempat Sholat


Sebagai negara dengan mayoritas kristen, banyak sekali gereja ataupun catherdal di Edinburgh. Bangunan gereja yang berdiri mega dan selalu ramai pengunjung. Meskipun ada beberapa masjid dekat kampus seperti Edinburgh Mosque dan Baitul Aqram, tentunya tidak akan terdengar suara azan kecuali di dalam masjid. Terlebih jika jalan-jalan jauh di pinggiran Edinburgh, menjadi tantangan tersendiri untuk mencari tempat sholat

Untuk mengantisipasi terbatasnya tempat sholat, biasanya fafa akan sholat di dapur, di lorong yang sepi ataupun di pojok ruangan. Alhamdulillah bumi ini halal bagi tempat sholat, jadi bisa sholat dimanapun bermodalkan wudhu dan arah kiblat.

Kesepian


Sepi adalah satu kata yang akrab ketika beranjak dewasa. Semakin ke sini, semakin kecil circle vois dan semakin banyak teman yang dulu akrab kini hanya tinggal kenangan saja. Teman-teman terbaik sudah memulai lembaran baru sebagai ibu rumah tangga, ataupun karir di tempat kerja baru yang jauh. Tentu kesendirian dan kesepian bukanlah hal baru, namun entah kenapa perjalanan di luar negeri ini menghadirkan another level of kesepian.

Berpisah ratusan mil dari keluarga, pacar, suami atau bahkan kucing kesayangan. Jalan-jalan ke pusat kota dan menemukan tak satupun orang berbicara bahasa Indonesia.  Tiba-tiba jadi terasa asing.

Mungkin ada satu waktu dimana kesepian hadir tanpa diminta, terlebih awal menginjakkan kaki di kota tujuan dengan proses adaptasi lingkungan yang baru. Mencari teman main itu awalnya gampang-gampang susah, tapi jika sudah menemukan semua akan terasa lebih mudah.

Resiko Kuliah di Luar Negeri


Perbedaan jam 


Perkembangan teknologi sangat membantu komunikasi antar negara cukup dengan bermodalkan kuota internet ataupun wifi. Tidak seperti dua puluh tahun yang lalu, dimana international dial bisa menghabiskan sampai jutaan rupiah hanya untuk menghubungi orang-orang tersayang, namun perbedaan jam, masih menjadi tantangan untuk berkomunikasi

Ketika musim dingin, perbedaan 7 jam antara UK dan Indonesia menjadi sangat terasa. Setiap berusaha menelpon vois pun harus menyesuaikan waktu UK dan Indonesia. Mahasiswa yang sedang menjalani long distance relationship pun pasti mengalami problem yang sama, tidak hanya terpisahkan oleh jarak, tapi juga waktu. Menahan rindu memang seberat itu.

Begitulah Resiko Kuliah di Luar Negeri seri hidup sebagai minoritas. Ada tantangan yang harus vois hadapi ketika kuliah ke luar negeri. 


17 comments

Terima kasih sudah membaca ^^
  1. Di sini harga daging ayam 30k/kg, Fa.

    "Jarang mendengar suara adzan" :'( jd teringat sewaktu di Sby setiap menjelang waktu Sholat selalu diperdengarkan puji²an Gus Dur. 🥲 Harus bersyukur bgt ni yg tinggal di Indonesia.

    Fafa go ahead!!!. Kamu pasti bisa. Semangat yaaa

    ReplyDelete
  2. Semangat ya untuk kak Fafa. Semoga kuliahnya lancar, tercapai cita-citanya dan bisa segera kembali ke Indonesia mengamalkan ilmunya.

    ReplyDelete
  3. kalo ke groceries asia nyetok perkecapan mbak: kecap asin, minyak ikan, minyak wijen, bawang bubuk, aneka kaldu bubuk. tar kalo kangen cita rasa umami tinggal apply tu ke mie rebus. dah kayak mie gacoan tuuuh...tapi saya ikut sedih soal ruang shalat dan kesepian. Tak apa ya, sepenggal episode menuntut ilmu yang akan jadi kisah berharga. InsyaAllah mbak Fafa kuat bisa lalui semua and sukses di masa depan. Kutunggu cerita seru lainnya

    ReplyDelete
  4. Semangat, Kak Fafa. Bener banget, pengalaman dulu di Turki, makanan Indonesia nggak sebanyak sekarang, duh kangennya sama tempe. Komunitas Indonesia di Scotland bagaimana, Kak? Apakah sering bikin acara bareng-bareng? Kalau ada, lumayan bisa mengobati kesepian, loh. Bisa janjian ketemuan tiap weekend, masak bareng, ngobrol, dll.

    ReplyDelete
  5. Wah semangat ya kak. Terbiasa dengan rasa mecin pasti sulit ya apalagi nggak ada bakso dan mie ayam jadi roti, kentang dan seba daging jadi berasa ada yang kurang. Kuliah dimana pun pasti ada tantangannya. Semoga selalu bisa survive ya kak. Untuk mengobati kesepiannya jangan lupa tulis dan ceritakan kesehariannya di blog ya, pasti banyak yang nunggu tuh pembacanya. hehe.

    ReplyDelete
  6. Betul banget, cari tempat sholat itu susyahnya ampun, belum lagi pandangan yang agak gimana gitu dan berasa senang banget jika bertemu dengan sesama orang Indonesia
    pengalaman terkesan pas cari tempat sholat di bandara Brusel dan ternyata mereka juga menyediakan tempat untuk beribadah bagi 5 agama, senang deh musholannya bersih

    ReplyDelete
  7. Wow Scotland yaa...negara yang sering ku temui dalam novel yang ku baca jaman dulu mbak. Negara yang indah dengan bukit-bukit hijau dan castile yang menawan. Pengen banget lihat langsung.
    Jangankan disana ya, masih di Singapore aja susah ya kalau mau dengar suara adzan. Kalau mau sholat ya sama saja harus nyari lorong sepi biar bisa sholat. Kebayanglah susahnya jadi minoritas disana. Semangat terus ya mbak ^^

    ReplyDelete
  8. Jadi ingat lagu:
    "TAnah airku tidak kulupakan.... Kan terkenang selama hidupku..."
    Emang beneran sih di kala kita hauj dari tanah air, baru bisa merasakan indah dan nyamannya hidup di Indonesia. Saya dulu aja naik haji 40 hari rasanya dah kangeeeeen bangaet dengan hawa nusantara....
    Semangat terus ya kak....

    ReplyDelete
  9. Ya Allah hebat dan tahan banting ya orang yang merantau ke luar negeri

    ReplyDelete
  10. Masyaallah semangat ya Mba.. Tapi kayaknya kok tetep seru ya kuliah di luar negeri. Meskipun sudah punya anak, pengen juga euy

    ReplyDelete
  11. Wah, masyaallah tabarakallah lagi kuliah di luar negeri, ya, Kak. Ini merupakan salah satu mimpi saya waktu muda. Sebatas mimpi, sih, karena nggak ada usaha apa-apa untuk meraihnya. :') Terus semangat, ya, Kak, rasa sepi itu insyaallah akan berganti rindu saat Kak Fafa pulang ke Tanah air.

    ReplyDelete
  12. Aku ga kebayang gimana rasanya tidak mendengar adzan terus kalau mau makan dengan citra rasa yang kita mau jd mau ga mau masak sendiri. Mbak luar biasa sekali perjuanganmu, semangat semoga segera kembali ke tanah air ya 😍

    ReplyDelete
  13. Masya Allah, perjuangan menuntut ilmu memang luar biasa, ya. Benar kata orang ya, sesuatu itu menjadi terasa berharga saat kita jauh dengannya. Siapa sangka suatu hari kan kangen dengan tempe ya, Mbak, hehehe ... Jadi lebih bersyukur lagi ya, tinggal di Indonesian dengan segala kemudahan dan budayanya.

    ReplyDelete
  14. Semangat ya adik Fava, sukses terus untuk kuliahnya. Pasti memang kangen dan merasa kesepian jauh dari keluarga. tpi percayalah kebahagiaan sudah menanti di depan. Senangnya bisa kuliah di Scotlandia.

    ReplyDelete
  15. MasyaAllah luar biasa mbak, klo hidup diluar tetep Yang di kangeni pasti makanannya. Next kuliah di turki mbak,, waiting u

    ReplyDelete
  16. Semangat terus kk, kamu pasti selesai dengan hasil yang memuaskan

    ReplyDelete